Nafsu Akhwat Anggota Partai (2)


“Ada apa Faizah?” tanya Rif’ah dengan sedikit kesal.
“Maaf mbak, gimana sms saya tadi. Apa Rikhanah perlu dikeluarkan juga dari tempat kost 
kita sebagaimana beberapa akhwat yang lain?” tanya Faizah.
Rif’ah terdiam. Rikhanah adalah akhwat yang dimaksud dalam sms dari Faizah sebagai akhwat yang mengkoleksi gambar dan cerita porno di tempat kost mereka yang seluruhnya dihuni akhwat aktivis partainya.
“Tunggu dulu, biar saya datang dulu. Rikhanahnya ke mana?”
“Sudah pergi Mbak, mungkin malu dia. Tapi barang-barangnya masih di kamarnya dan barang-barang cabul itu sudah saya amankan.”
Rif’ah kembali terdiam.
“Ya nanti kita bicarakan, tunggu aku datang saja.”

Ketika kembali pandangan Rif’ah ke layar monitor, film tersebut sudah mendekati akhir, berarti satu jam lebih akhwat jelita ini tenggelam dalam birahi ketika menonton film tersebut. Telepon dari Faizah tersebut ternyata mampu membangkitkan kembali kesadarannya akan perbuatan yang sedang dilakukannya. Dengan gontai Rif’ah membenahi gamis dan jilbab yang awut-awutan dan membuatnya setengah telanjang. Untunglah box warnet itu tertutup rapat tak seorangpun melihat keadaan akhwat cantik dengan aurat yang tersingkap lebar.

Rif’ah keluar dari box warnet nomor 10 setelah hampir 4 jam dia berada di dalamnya. Gamis coklat susu yang dipakainya terlihat kusut masai terutama pada bagian selangkangannya, sementara jilbab putih yang lebar yang dipakainya juga terlihat kusut di bagian dada. Rif’ah berjalan gontai dengan pikiran yang kalut berniat menuju kasir warnet, namun akhwat ini merasakan celana dalam yang dipakainya terasa basah dan membuatnya risih. Rif’ah menghentikan langkahnya ke meja kasir, akhwat cantik ini segera menuju toilet warnet. 

Dalam toilet yang cukup bersih itu, Rif’ah melepas celana dalam krem yang dipakainya di balik gamis. Rif’ah memperhatikan celana dalam yang terasa basah oleh lendir cukup banyak. Sekian jam Rif’ah tenggelam dalam birahi membuatnya berulangkali menyemprotkan cairan kenikmatan yang membuat celana dalamnya basah. Rif’ah segera membungkus celana dalam yang semula membungkus memeknya dengan tissu kemudian disimpannya dalam tas milik akhwat ini. Sebelum keluar toilet, Rif’ah sempat mencuci memeknya yang terlihat putih kemerah-merahan tanpa sehelai rambutpun yang terbiarkan tumbuh. 
Bukit montok memek Rif’ah yang mulus dengan bibir memek yang merekah merah itu dicucinya berulangkali sebelum dilap dengan tissue. Akhwat yang cantik ini merasa yakin tak seorangpun mengetahui dirinya saat ini tidak memakai celana dalam saat ini. Jilbab putih lebar serta gamis panjang yang dipakainya terasa cukup untuk menyembunyikannya. 
Rif’ah membuka pintu toilet lantas dengan sedikit canggung, akhwat ini berjalan menuju ke kasir warnet yang masih dijaga oleh cowok chinese. Cowok itu memandang Rif’ah dengan pandangan penuh arti sembari tersenyum.
“Sudah mbak?”tanyanya sembari tetap memandang akhwat yang cantik ini.
“Ya” jawab Rif’ah pendek sambil menyodorkan lembaran uang pecahan 20 ribu.
Akhwat ini menyadari pandangan cowok chinese yang seakan ingin menelanjanginya sehingga membuatnya tidak menyukai pandangan cowok chinese tersebut.
“Mbak jadi member aja, koleksi film kita nambah terus lho. Makin asyik lho,” ujar cowok itu sambil menghitung uang kembalian.

Rif’ah terperanjat kaget mendengarnya, wajah ayu akhwat berkulit putih ini seketika menjadi merah padam. Rif’ah tidak menyangka kalau operator warnet bisa mengetahui dia melihat film porno dalam box warnet.
“Mmm, makasih aja” ujar Rif’ah tergagap lantas tiba-tiba saja akhwat ini setengah berlari menuju pintu keluar warnet. Wajahnya yang merah padam tertunduk dalam-dalam menahan rasa malu yang dirasakannya.
“Kembaliannya mbak!!”teriak cowok operator warnet ini namun Rif’ah tidak lagi mendengarnya.

Begitu keluar dari warnet akhwat ini juga tidak menunggu bus kota seperti biasanya namun tangannya segera melambai menghentikan taksi yang lewat dan akhirnya sampai ke tujuan, Membayangkan film-film porno yang kemarin ia tonton di warnet, membuat Rif'ah tidak bisa tidur nyenyak. Tanpa sadar Rif'ah bermasturbasi sambil berfantasi dengan gambar-gambar porno Rikhanah yang kemarin dia sita.
Tanpa sepengetahuan Rif'ah sedari tadi, Faizah teman dekatnya mengintip dari balik jendela, Faizah mendadak menyeringai melihat Rif'ah dan diam-diam dia menghampiri Rif'ah yang tengah terggelam dalam birahinya dari belakang, lantas kedua tangan Faizah ini memeluk Rif'ah dari belakang.

"Lagi ngapain mbak?" tegurnya di dekat telinga Rif'ah yang masih tertutup jilbab.
“Aww!!" pekik Rif'ah kaget dengan tubuh terlonjak kaget. Secara refleks akhwat  ini menghentikan aktivitas masturbasinya dan segera membenahi jubahnya yang tersingkap 

lebar hingga ke pinggang. Wajah cantik akhwat ini merah padam dan beberapa saat dia hanya terpaku oleh rasa kaget luar biasa dipeluk oleh Faizah dari belakang.
"Nggak papa koq mbak, aku nggak akan lapor sama Ummu Nida atau mbak Mufidah kok. Aku paham koq, aku juga suka dengan gambar-gambar punya mbak Rikhanah ini. Ayo terusin lagi" desis Faizah di dekat telinganya yang membuat Rif'ah merinding.

Rif'ah masih terdiam ketika tanpa diduganya tangan Faizah yang memeluknya tiba-tiba meremas kedua buah dadanya membuat Rif'ah terkejut luar biasa.
"Mbak Rif'ah masih terangsang yah, buah dada mbak masih kenceng gini."
"Eh, Faizah. Apa-apaan ini?!" protes Rif'ah pelan sambil berusaha menepis tangan Faizah.
"Jangan protes mbak, aku tahu mbak 
Rif'ah punya kumpulan gambar porno dan cerita-cerita erotis dalam flash disk punya mbak yang semalam aku pinjem. Aku janji nggak akan melaporkannya kepada Ummu Nida dan Mbak Mufidah kok, tenang aja nasib mbak Rif'ah nggak akan kayak mbak Rikhanah kok."
Rif'ah terdiam dan dirinya merasa aneh dengan tingkah Faizah yang tidak diduganya ini. 

Akhwat ini merasa merinding ketika tangan Faizah yang memeluknya kembali meremas￾remas buah dadanya dan Rif'ah mulai merasakan nafas Faizah tersengal memburu mengenai jilbabnya seperti tengah dilanda birahi.
"Mbak Rif'ah masih birahi khan, ayolah nikmati saja" desis Faizah dengan suara gemetar sementara kedua tangannya terus meremas-remas buah dada montok di dada Rif'ah yang masih tertutup jilbab putih yang lebar.
"Faizah jangan!" desis Rif'ah dengan tegang ketika tangan Faizah kini menyusup ke balik jilbab putih lebar yang dipakainya.
"Sudahlah mbak, flashdisk punya mbak Rif'ah masih di tanganku. Aku janji nggak akan melaporkan ke atas!" desis Faizah dalam. Rif'ah yang tidak mau nasibnya seperti Rikhanah, ditambah dengan gelegak birahi yang masih menguasainya, akhirnya pasrah ketika tangan Faizah membuka kancing jubahnya di balik jilbab lebar yang dipakainya. Beberapa saat kemudian tangan Faizah segera menyusup meremas buah dada milik Rif'ah yang montok dan kencang tersebut hingga membuat Rif'ah merasakan sebuah sensasi yang aneh dan membuatnya bingung.

"Mmm, montok dan kenyal. Aku sudah lama merindukan bisa beginian dengan mbak Rif'ah. Mbak Rif'ah cantik, sintal selama ini selalu membuatku bergairah." Mata Rif'ah membelalak lebar mendengar ucapan Faizah, akhwat ini tidak menyangka bahwa akhwat berperawakan atletis dan anggota Santika adalah seorang akhwat yang menyukai sesama jenis. Belum hilang keterkejutannya, Rif'ah merasakan tangan Faizah kemudian tidak hanya sekedar meremas-remas buah dada miliknya namun juga memilin puting susu yang tegang tersebut, membuat tubuh akhwat yang cantik ini menggeliat dan desahnya tak mampu ditahannya meloncat dari mulutnya.
"Ahhhh, Faizah. Jangaaan!"desah Rif'ah spontan.

Seumur hidupnya baru pertama kali ini puting susunya dipilin sedemikian rupa yang sangat membangkitkan nafsu birahinya. Namun di satu sisi dia merasa merinding karena yang memilin puting susunya dengan lihainya adalah seorang akhwat seperti dirinya.
"Kita ke kamar aja mbak," bisik Faizah begitu mesra kepada Rif'ah.

Entah kenapa Rif'ah terlihat pasrah ketika Faizah menariknya ke dalam kamar yang terletak di sebelah ruang Arsip. Kamar tersebut adalah salah satu kamar dari tiga kamar di kantor DPD sebagai tempat istirahat personil atau transit tamu-tamu dari luar kota. Fasilitas dalam kamar tersebut sangat sederhana, sekedar sebuah pembaringan lengkap dengan bantal guling serta satu set meja dan kursi.

Dalam kamar tersebut, Faizah tidak serta merta merebahkan Rif'ah di pembaringan namun akhwat yang cantik sekaligus seniornya di  situ disandarkan di dinding kamar. Tubuh Faizah memang lebih tinggi dan lebih besar di bandingkan tubuh Rif'ah sehingga Faizah terpaksa menundukkan wajahnya memandang wajah cantik yang berbalut jilbab putih yang lebar yang kini tengah dipeluknya.

"Mbak Rif'ah cantik, aku udah lama nungguin yang kayak gini. Mbak begitu cantik, tubuh mbak sintal," ungkap Faizah sembari membelai wajah Rif'ah sementara akhwat yang cantik ini hanya membelalakkan kedua matanya menatap Faizah dengan tatapan yang sulit dimengerti. Deru nafas Faizah yang memburu terasa hangat menampar-nampar wajahnya.

Faizah kian mendekatkan wajahnya ke wajah Rif'ah hingga bibirnya menyentuh bibir akhwat yang cantik ini membuat tubuh Rif'ah kejang. Rif'ah sempat melengos ketika bibir Faizah hendak melumat bibirnya, namun dengan cepat Faizah memburunya sehingga sesaat kemudian bibir Rif'ah yang ranum tersebut dapat dilumatnya dengan penuh nafsu. Tubuh Rif'ah semakin kejang dan sesaat kemudian akhwat ini menggelinjang ketika lidah Faizah menyapu dan membelit lidahnya dengan lihainya. Seumur hidupnya baru kali ini 
bibirnya dilumat dengan bernafsu oleh orang lain dan yang membuatnya terlihat bingung karena yang melumat bibirnya adalah seorang akhwat seperti dirinya.
Faizah tidak memperdulikan kebingungan Rif'ah karena dia mengetahui kalau akhwat seniornya yang cantik ini masih dalam keadaan birahi, ketika tangannya yang kembali menyusup ke balik jilbab menemukan buah dada montok Rif'ah masih mengeras kencang. 

Bahkan ketika tangannya menyentuh puting susu akhwat yang cantik ini, Faizah masih merasakan puting susu tersebut terasa masih kencang sehingga membuat Faizah dengan gemas memilinnya. Tubuh Rif'ah menggelinjang ketika kembali puting susunya dipilin-pilin Faizah sementara bibirnya terus melumat bibir akhwat berwajah cantik ini dengan penuh birahi.
Tanpa melepaskan pagutannya serta dengan tangan masih bermain-main di dada Rif'ah, Faizah mendorong Rif'ah  akhwat  yang cantik ini ke arah pembaringan dan merebahkannya di atas pembaringan tersebut. Rif'ah terengah-engah antara rasa nikmat dan kebingungan yang mencekamnya, sementara tatapan matanya nanar menatap Faizah yang berdiri di sisi pembaringan.

"Ayo mbak, kita bermain-main. Aku dah lama pengen ginian sama mbak," ujar Faizah sambil duduk di pembaringan. Kedua tangan Faizah terulur ke tubuh Rif'ah lantas menyusup masuk ke balik jubah panjang yang dipakai akhwat berparas cantik ini. Rif'ah tersentak dan secara refleks tangannya mencegah tangan Faizah namun akhwat  juniornya ini hanya tersenyum penuh arti kepadanya. Tatapan dan senyuman Faizah itu membuat Rif'ah memahami bahw a gadis ini mempunyai kartu truf yang akan menghancurkan kariernya sebagaimana Rikhanah.

Akhirnya Rif'ah membiarkan tangan Faizah menggerayangi tubuhnya di balik jubah panjang yang dipakainya.
"Tenang mbak, mbak tidak akan ternodai. Keperawanan mbak Rif'ah tetap akan utuh," bisik Faizah ketika tangan gadis ini telah sampai di selangkangan Rif'ah.
"Faizah...." desis Rif'ah tegang ketika dia merasakan jemari Faizah menyusup ke balik celana dalam yang dipakainya. Lantas jemari gadis asal kota j  ini menyusuri belahan bibir kemaluan Rif'ah ke atas dan ketika telah menyentuh kelentit Rif'ah, jemari Faizah seketika memilin bagian tubuhRif'ah yang paling sensitif tersebut.

"Ahhhh...." desah Rif'ah menggelinjang ketika jemari Faizah memilin dan merangsang kelentitnya dengan luar biasa. Faizah tersenyum melihat reaksi Rif'ah dan reaksi tersebut membuatnya semakin bernafsu merangsang akhwat yang cantik ini. Faizah melepaskan kaus kaki krem yang membungkus kedua kaki Rif'ah dan diletakkannya di bawah pembaringan. Satu tangan Faizah masih mempermainkan kelentit Rif'ah sementara tangan lainnya mengelus-elus kaki akhwat yang putih mulus itu. 

Bahkan kemudian Faizah membungkuk dan menciumi kaki Rif'ah dari jemarinya yang halus kemerahan terus merayap ke atas sembari menyingkap jubah panjang yang dipakai Rif'ah.
Rif'ah menggelinjang dan mendesah di tengah keterombang-ambingannya antara rasa nikmat oleh rangsangan Faizah dan nalurinya yang menolak dicabuli oleh sesama jenis. 

Faizah yang mempunyai kartu truf tentang kejelekan Rif'ah membuat Rif'ah tak kuasa melawan keinginan Faizah sehingga rasa birahilah yang akhirnya dominan terhadap diri akhwat  yang cantik ini walaupun dia menyadari yang merangsangnya adalah seorang akhwat seperti dirinya Rif’ah membiarkan Faizah menyingkap jubah panjang yang dipakainya hingga ke pinggangnya. Akhwat berwajah cantik ini juga hanya pasrah ketika setelah itu Faizah kemudian menciumi dan menjilati sekujur kakinya dari jemari kakinya lantas kedua betisnya hingga sepasang paha Rif’ah yang padat dan kencang membuat sekujur tubuh Rif’ah dari ujung kaki hingga pangkal pahanya basah kuyup oleh jilatan dan ciuman Faizah. Rif’ah pasrah terhadap segala yang Faizah lakukan terhadap dirinya.

Faizah tersenyum melihat Rif’ah yang kini dalam keadaan setengah telanjang didepannya. Mata akhwat asal kota j  ini membulat menatap kemaluan Rif’ah yang terlihat membukit terbungkus ketat oleh celana dalam warna krem.
“Faizah, jangan!” desis Rif’ah tertahan ketika tangan Faizah menarik turun celana dalam krem yang dipakai akhwat cantik ini.

Faizah tidak lagi menanggapi Rif’ah, ketika matanya telah melihat gundukan kemaluan Rif’ah telanjang di depannya.Tubuh Rif’ah tersentak ketika dengan buas Faizah membenamkan wajahnya diantara kedua pahanya dan dalam hitungan detik, Rif’ah merasakan kemaluanya dikunyah oleh akhwat juniornya ini. Berbagai perasaan berkecamuk dalam diri Rif’ah namun akhirnya nafsu birahilah yang kemudian menguasai akhwat cantik ini. Rif’ah menggelinjang jalang dengan mulut yang mendesah dan merintih merasakan kelihaian jilatan dan sedotan Faizah pada bagian tubuhnya yang paling rahasia tersebut. Begitu mahirnya jilatan dan sedotan Faizah di kemaluan Rif’ah hingga membuat pantat akhwat cantik ini terangkat ke atas setiap kali Faizah menghisap memeknya.
Dengan mulut masih mencumbu kemaluan Rif’ah, tangan Faizah menggerayangi bagian dada akhwat cantik ini. Tangan akhwat hitam manis ini kembali menyusup ke balik jubah panjang yang dipakainya melalui bagian atas jubahnya yang telah terbuka kancingnya sejak di ruang arsip lantas menelusup ke balik BH yang dipakai Rif’ah. Beberapa saat kemudian tangan Faizahpun telah meremas-remas kedua payudara montok di dada Rif’ah yang telah mengeras dan memilin-milin puting susu payudara tersebut dengan gemas.
“Ahhh … ahhhhh ...” rintih Rif’ah ketika dirangsang sedemikian rupa oleh Faizah. Tubuhnya menggelinjang jalang dan kedua tangannya meremas-remas kepala Faizah di selangkangannya yang masih berjilbab sehingga membuat kusut jilbab yang dipakai akhwat anggota ini.

Puas mengunyah daging kemaluan Rif’ah, Faizah beralih ke dada akhwat yang cantik ini. Jilbab lebar yang dipakai Rif’ah disingkapnya hingga ke pundak lalu dikeluarkannya sepasang bukit montok di dada Rif’ah dari BH yang membungkusnya hingga terpampang di depan matanya. Faizah terpesona melihat sepasang payudara Rif’ah yang telanjang di depan matanya. Sebelumnya dia pernah sekali tak sengaja melihat payudara telanjang Rif’ah ketika akhwat ini berganti pakaian, tapi itu hanya sesaat karena waktu itu Rif’ah segera menutupinya. Sekarang kedua payudara akhwat cantik ini terpampang di depannya dalam keadaan terangsang, sungguh sebuah pemandangan yang sangat menggiurkan.
Faizah segera menerkam, menciumi dan menjilati kedua payudara Rif’ah secara bergantian. Dkunyah-kunyahnya payudara yang putih mulus itu hingga berbekas bilur-bilur kemerahanlantas disedotnya dan dipelintir puting susu yang tegak kemerahan tersebut dengan gemas membuat Rif’ah semakin jalang merintih oleh birahi yang melandanya. Tubuhnya menggelinjang liar dan mulutnya mendesah dan merintih menahan kenikmatan yang dirasakannya. Rif’ah tidak lagi terpikir bahwa yang merangsangnya adalah akhwat seperti dirinya, yang ada dalam benaknya hanya kenikmatan yang baru pertama kali dirasakannya.

“Buka semua bajunya ya mbak…”desis Faizah puas menikmati payudara Rif’ah. Faizah lantas turun dari pembaringan tersebut dan tanpa menunggu jawaban Rif’ah, tangan akhwat  anggota Dpd ini segera jilbab putih lebar yang dipakai Rif’ah jubah panjangnya dan bra warna krem yang dikenakannya hingga akhirnya Rif’ah telanjang bulat. 

Faizah benar-benar terpesona melihat Rif’ah yang kini tergolek di pembaringan tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Tubuh bugil Rif’ah begitu indah sehingga beberapa saat Faizah terpesona memandang sekujur tubuh bugil Rif’ah dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya.
Rif’ah membiarkan Faizah memandangi sekujur tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Akhwat cantik ini balas memandang Faizah ketika dia melihat Faizah kemudian juga mulai membuka pakaiannya. Pertama kali Faizah melepas sepasang kaus kakinya disusul jilbab lebar warna hijau yang dipakainya hingga terlihat rambutnya yang dipotong pendek seperti polwan. Setelah itu barulah Faizah melepas jubah panjang warna coklat yang dipakainya sehingga Faizah kini hanya terlihat memakai bh sementara bagian bawahnya memakai celana panjang warna coklat gelap.

Rif’ah memang melihat Faizah adalah seoarang akhwat yang berotot bahkan payudaranya pun tergolong kecil.Tanpa memperdulikan pandangan Rif’ah, Faizah melepas BH yang membungkus buah dadanya lalu celana panjang yang menutup bagian tubuhnya juga dilepas. Faizah ternyata??

0 comments:

Posting Komentar